Celline Wijaya

Terima kasih suami @Dio Atmando dan anakku atas pengorbanannya selama masa-masa berat ini 😭 I love you and couldn’t have done it without you.

Respon pertama di otak: langsung nanya “kenapa kok dijatuhin?” Tapi nyoba ngeladenin pertanyaan dia dulu dengan tenang, eh ternyata minta maaf + tanggung jawab sendiri.

Pengalaman kali ini agak beda 😄 Diajak Professorku buat jadi Teaching Fellow. Jujur deg2an apalagi pas ngasih nilai karena mahasiswanya juga bukan kaleng2, bahkan ada beberapa yang anak S3 (takut diprotes kalo kurang sreg sm nilainya haha). Walau gitu tetap seru banget dan semakin memupuk kecintaanku mengajar! 🫶🏼

Dear daughter, I want to show you what’s possible. ❤️

Dulu aku termasuk anak yang ambisius. Sejak sekolah udah aksel, masuk FK umur 15 tahun, lulus jadi dokter umur 21 tahun. Aku ngerasa “udah nabung umur” jadi sekalian aja sekolah terus sampe selesai (spesialis atau S3), baru mikir nikah dan punya anak. Tapi ternyata jalan hidupku berbeda, bukannya di umur 27 tahun udah spesialis / S3, tapi udah beranak 1 (dan 1 lagi on the way). Tapi aku bersyukur banget karena ternyata, aku bahagia banget punya suami dan anakku dalam hidupku. Jadi sekarang sudah engga seambisius dulu, aku malah lebih seneng bisa menikmati sehari-hari slow living sama anakku, sambil terus mengusahakan cita-cita itu walau tercapainya molor dikit 🫶🏼

Awal nikah, aku lebih memegang peran pendukung dalam pernikahan kami. Aku support suami yang fokus di kerjanya saat itu. Tapi di tahun ketiga, kami bertukar peran. Aku kembali ke sekolah, jadi suami jadi yang mendukung aku dengan ambil peran banyak dalam rumah tangga dan urus anak. Kalo sewaktu-waktu harus di balik lagi, jadi aku yang dukung suami, ternyata aku siap. Karena pelajaran dari perjalanan ini yang membuatku sadar the real artinya setara ❤️

Throwback perjalanan daftar ke Harvard saat hamil ❤️ Nggak kerasa anak yang dulu aku ajak ikut belajar dan berjuang di perut, sekarang udah gede, dan udah mau jadi kakak pula 🥹

Bukan tentang #kaburajadulu, tapi lebih ke pertimbangan buat mengambil keputusan mau dipake ngga jatah kerjanya? Kalo di dunia penelitian atau research, pengalaman kerja di univ luar negeri kyk Harvard itu masih sangat berharga sih ⭐️

Awal deg-degan dan nggak sabar ngeliatin dia, tapi lama-lama sadar kalo belajar di semua hal itu butuh proses dan waktu… apalagi anak kecil. Jadi berusaha sabar dan terus encourage, ga buru-buru lompat nawarin bantuan 🫶🏼

Grateful for every single moment that I spent here 🥺

I thank my parents for giving me this privilege 🥹🫶🏼

Membalas @Sarasss008910 kali ini mendongeng tentang unicorn, tapi terus salfok karena tangannya kebentur dipan 🥲

Membalas @Amalia Firda Hal pertama yang ditanamkan adalah rasa cintanya sama buku, dan nggak pernah kita paksa untuk membaca. Semua buku yang diambil untuk dibaca semua harus dia yang tertarik sendiri. Tugas kita sebagai orang tua adalah provide atau menyediakan banyak opsi buku, ini gak harus beli tapi bisa dengan bawa dia ke perpustakaan / toko buku yang bebas boleh baca ❤️

Jaga kesehatan mental pas lagi hectic adalah kunci 🔑

Didongengin tiap malam sama bocil 🤣 gemes

Membalas @sarsaparillac tiba-tiba dipuji langsung melting 🥹

Sejak dulu di FK aku udah sadar kalo belajar aja itu nggak cukup. Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari aktivitas ekstrakurikuler, misal olahraga = ngajarin disiplin, seni = membentuk kreativitas. Jadi aku berusaha maintain hobby-ku di kedua bidang ini, kalo bisa juga sekaligus ngepush diri agar masih bisa berprestasi, ga cuman sembarang jalan aja. Dan alhamdulillah ini bikin aku jadi orang yang menurutku cukup “well-rounded” 😄 Walaupun kutu buku dan belajar terus, tapi bisa sehat secara fisik, juga masih bisa menikmati seni dan musik 🥰

Kadang ngelihat anak kesulitan ngelakuin sesuatu bikin kita “terlalu terburu-buru” untuk bantuin dia. Tapi sebenernya mungkin dia sedang belajar untuk jadi resilien dan sabar 🥰